Jamu adalah jenis yang berbahan alami warisan budaya yang udah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang bersifat tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun udah digunakan untuk penyembuhan berdasarkan pengalaman dan sanggup diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Sebagian besar penduduk konsumsi jamu sebab yakin menambahkan kegunaan yang besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan penyembuhan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kesehatan dan kecantikan serta menambah stamina tubuh. Sampai saat ini keberadaan jamu terus berkembang. Hal ini terlihat terhadap permintaan terhadap jamu yang terus mengalami peningkatan.
Jamu dibikin dari bahan-bahan alami bersifat anggota dari tumbuhan, layaknya rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada termasuk menggunakan bahan dari tubuh hewan, layaknya empedu kambing, empedu ular, atau tangkur buaya. Seringkali kuning telur ayam kampung termasuk dipergunakan untuk tambahan campuran terhadap jamu gendong.
Asal Usul Jamu
Jamu udah mengakar terhadap kebudayaan penduduk Indonesia. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki warisan jamu tradisional yang menjadi andalan dalam menyembuhkan beragam macam penyakit, menambah stamina tubuh, hingga menjaga kecantikan. Tak hanya dikenal di negara kita sendiri, jamu bahkan udah terkenal hingga ke mancanegara. Oleh sebab itu jamu termasuk mendapat pernyataan dunia dari semua orang bahwa sebagai warisan budaya asli tanah air melalui.
Jamu adalah makna yang berasal dari bahasa Jawa, tepatnya pada 16 Masehi. Kata Jamu berasal dari dua kata, yakni “Djampi” dan “Oesodo” yang memiliki arti obat, doa, dan termasuk artinya formula yang berbau magis. Jamu pertama kali terlihat pada zaman Kerajaan Mataram atau kurang lebih 1300 tahun yang lalu. Keberadaan jamu sejak zaman dahulu sanggup dicermati dari lebih dari satu bukti sejarah layaknya relief terhadap candi Borobudur.
Relief Candi Borobudur yang dibikin oleh Kerajaan Hindu-Budha th. 772 M melukiskan rutinitas meracik dan meminum jamu untuk pelihara kesehatan. Bukti sejarah lainnya yakni penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan kerajaan Hindu-Majapahit yang menyebut ada profesi ‘tukang meracik jamu’ yang disebut Acaraki. Ditemukannya Lontar Usada di Bali yang ditulis menggunakan bahasa Jawa kuno menceritakan perihal penggunaan jamu termasuk menjadi bukti keberadaan jamu sejak zaman dahulu.
Menyebarnya konsumsi jamu di penduduk terpengaruh banyaknya pakar botani yang mempublikasikan tulisan-tulisan perihal ragam dan kegunaan tanaman untuk pengobatan. Contoh tanaman obat yang digunakan sebagai bahan basic jamu di antaranya adalah temulawak, kunyit, kencur, buah mengkudu, jahe, laos, dan masih banyak lainnya.
Temulawak dan kunyit bahkan udah lulus uji saintifikasi yang udah dijelaskan bahwa temulawak sanggup berguna alami sebagai anti kanker, sumber antioksidan, dan juga anti mikroba (seperti virus dan bakteri), tetapi kunyit sanggup berguna sebagai anti tumor, anti HIV, anti inflamasi (seperti halnya radang dan infeksi), hingga anti bakteri.
